INDAHNYA HIDAYAH ALLAH
Kemarin, saya mendapat cerita dari seorang sahabat saya yang hampir mengalami kematian, dan Allah memberikan kesempatan buatnya. singkatnya "Nyawa saya hapir naik ke atas dan sakitnya luar biasa." ujarnya serius. dulu saya tidak pernah sholat, bahkan benci mendengar pengajian. ya aku senangi adalah obat, ngeroko, nongkrong dan bahkan baca majalah2 porno. semenjak kejadian itu, ujarnya aku jadi lebih takut dengan Allah, aku jadi rajin sholat, dan aku mulai mengenal siapa itu Rasullah dan sahabat-sahabatnya.mendengar azan pun rasanya aku merinding dibuatnya.
Sahabat itulah sedikit cerita dari sekian banyak orang yang dirahmati Allah melalui cara yang berbeda-beda. selamat berusa mencari hidayah Allah dan jangan pernah putus asa dari rahmatnya.
Dalam Tafsir Munir karya Dr. Wahbah Az Zuhaily, hidayah ada lima macam. Adapun kelima hidayah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hidayah ilhami. Hidayah ini adalah fitrah yang Allah SWT berikan kepada semua makhluk ciptan-Nya. Dalam bahasa kita, hidayah ilhami ini adalah insting, yang merupakan tingkat inteligensi paling rendah.Contohnya, Allah SWT memberikan hidayah ilhami kepada lebah yang suka hinggap di bunga untuk mengambil saripatinya, atau seorang bayi yang lapar diberi hidayah ilhami oleh Allah SWT untuk menangis dan merengek-rengek pada ibunya agar diberi ASI.
2.Kedua, hidayah hawasi. Hidayah hawasi adalah hidayah yang membuat makhluk Allah SWT mampu merespon suatu peristiwa dengan respon yang sesuai. Contohnya adalah, ketika manusia mendapatkan kebahagiaan maka ia akan senang dan jika mendapatkan musibah maka ia akan sedih. Dalam istilah kita, hidayah hawasi ini adalah kemampuan inderawi. 3.Ketiga, hidayah aqli (akal). Hidayah akal adalah hidayah yang diberikan khusus pada manusia yang membuatnya bisa berfikir untuk menemukan ilmu dan sekaligus merespon peristiwa dalam kehidupannya dengan respon yang bermanfaat bagi dirinya. Hidayah akal akan bisa kita miliki manakala kita selalu mengambil pelajaran dari segala sesuatu, segala peristiwa, dan seluruh pengalaman hidup kita ataupun orang lain.
4.Hidayah dien (agama). Hidayah agama adalah sebuah panduan ilahiyah yang membuat manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dan yang buruk. Hidayah agama ini merupakan standard operating procedure (SOP) untuk menjalani kehidupan. Tentunya yang membuatnya adalah yang Maha segala-galanya, yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena yang Allah SWT tentukan, pastilah itu yang terbaik.
5 Hidayah taufiq. Hidayah taufiq adalah adalah hidayah yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala hama penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani.
Hidayah Allah SWT memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin besar perjuangan dan kesungguhan kita, maka insya Allah kita akan semakin mudah mendapatkannya, karena semuanya tergantung kepada usaha kita. Hidayah Allah SWT ibarat sinar matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kita adalah penerima sinar tersebut. Jika kita membuka diri dengan hati yang bersih maka kita akan mudah untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kita menutupi hati dan diri kita dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kita akan sulit untuk mendapatkan sinar hidayah-Nya.
Wallahu a’lam.
Selengkapnya...
Jumat, 22 Oktober 2010
Hidayah Dicari atau Ditunggu ????
Rabu, 20 Oktober 2010
"Belajar dari Seekoar Semut"
Kalau dilihat, semut menjijikan, tapi imut, kalau ngegigit sakit dan bisa membuat tangan atau kaki kita bentol dan garuk-garuk. bahkan yang lebih sebel lagi, kalau semut udh ngerebut jatah makanan kita yang 'nembrak' di atas meja.Kesalnyaaaaaaaaa bukan main.Tapi itu hanya dari sisi buruknya, ternyata semut punya sifat yang luar biasa. Makanya Allah tidak sembarangan memajang namanya dalam kitab suci Al-Qur'an yang dalam bahasa arabnya AN-NAML.
Ternyata semut mempunyai sifat, rukun, baik hati, dan saling menghargai sesama bangsa semut. Setiap makanan yang dia dapatkan, dia tidak pergunakan untuknya sendiri, akan tetapi dia bagi-bagikan juga ke tetangga atau saudaranya yang tidak bisa mengikuti perjalanan bersamanya.
Bahkan, yang lebih saya tertarik lagi dengan semut, perhatikan deh kalau semut yang satu dan semut yang lain bertemu, apa yang mereka lakukan???Mungkin hemat saya, dia sedang saling bersalaman atau bahkan mengucapkan salam ketika mereka saling bertemu. lalu bagaimana dengan kita?
Apakah kita sudah sebaik semut? yang membagikan makanan yang dia cari sendiri untuk orang lain?
atau seperti seekor semut yang ketika saling bertemu mereka saling mengucapkan salam dan berjabat tangan? bukan malah memencat klakson motor atau mobil yang kita kendarai.
Nah itu sedikit ibroh atau mungkin masih banyak lagi yang perlu dikaji dari salah satu makhluk Allah yang istimewa ini.
By :
Abu Akmal
Selengkapnya...
Senin, 11 Oktober 2010
Orasi DR. Anis Shorosh : Benarkah Yesus Tuhan part II
Orasi DR. Anis Shorosh : Benarkah Yesus Tuhan? Part I
Saya menyapa anda sekalian dengan mengatas namakan Yesus dari Nazaret, putra negeriku. Di kota Nazaret orang mengatakan "Janganlah Pergi mengunjungi seorang teman dengan tangan hampa". Maka pada malam hari ini, saya sangat berbahagia sekali dapat mempersembahkan sebuah hadiah untuk teman saya Ahmed Deedat, yang secara pribadi baru pertama kali ini saya berjumpa dengannya. Di samping itu, saya juga ingin mempersembahkan sebuah hadiah, khusus kepada para pimpinan koster (penjaga gereja), yaitu kunci kota kami, Mobile, di Alabama. Hadiah ini diberikan kepada orang-orang yang turut berpartisipasi dalam mengembangkan ajaran Masias dari Nazaret, tidak di kota kami saja, bahkan di kota-kota lainnya juga, dan untuk seluruh rekan-rekan Tuan Ahmed Deedat, saya mempersembahkan lambang-lambang khusus untuk Bible dari kota Baitul Maqdis, di mana terlihat di dalamnya gambar kubah hijau dan lambang-lambang lainnya dari kota tersebut. Saya kira sebagian besar dari anda telah lama duduk di auditorium ini, dan sebagian anda datang dari tempat-tempat yang jauh. Sudah saatnya anda berdiri bersama saya untuk beberapa saat. Mari silahkan berdiri, dan ketika anda dalam keadaan demikian, saya ingin mengikut sertakan anda dalam sebuah ritual yang telah saya persiapkan. Saya membaca Bible dengan bahasa saya, yaitu bahasa Arab dalam keadaan ruku' dan membacakannya kepada orang-orang dalam keadaan berdiri karena menghormati dan mengagungkannya.
Saya berharap kepada para hadirin yang membawa naskah Bible -sebagaimana yang diusulkan oleh Tuan Ahmed Deedat dalam pemberitahuannya- agar membuka kitab tersebut, dan kita akan membaca bersama-sama, delapan ayat pertama dari pasal satu, Surat Kepada Orang Ibrani.
1. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, 2, maka pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anak-Nya, yang telah la tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia, Allah telah menjadikan alam semesta. 3, Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa-dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Maha Besar di tempat yang tinggi, 4, jauh lebih tinggi daripada malaikat-malaikat sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah daripada nama mereka, 5, karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah la katakan, “Anak-Ku Engkau !. Engkau telah Ku peranakkan pada hari ini? dan Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan la akan menjadi anak-Ku?". 6, Dan ketika Ia membawa pula anak-Nya yang sulung ke dunia, la berkata, "Semua malaikat Allah harus merryembah Dia ". 7, Dan tentang malaikat-malaikat Ia berkata, "Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api". 8, Tetapi tentang anak Ia berkata, `Takhta-Mu ya Allah tetap untuk seterusnya dan selamanya. Dan tongkat kerajaan Mu adalah tongkat kebenaran".
“Terima kasih, dan silahkan duduk kembali . . . Raja Palestina berkebangsaan Roma yang terkenal, Pilatus Al-Binty, berdiri di atas beranda yang sejajar dengan jumhur yang berdesakan di hadapannya, di lapangan benteng Anthonio di Baitul Maqdis, tempat saya dulu tinggal sebelum pindah. Dia mengarahkan sebuah pertanyaan yang sangat penting kepada jumhur yang sedang kacau balau, yaitu "Jadi, apa yang akan kita perbuat terhadap Yesus yang telah mengaku sebagai Mesias?". Pada malam ini, setelah 1985 tahun peristiwa bersejarah itu berlalu, nasib setiap yang hidup masih tetap dipertaruhkan untuk menjawab pertanyaan ini. Adapun jawaban jumhur di pagi buta itu adalah "Saliblah dia!". Sedangkan sebab yang mereka kemukakan kepada Pilatus adalah "Sesuai dengan syari'at kita, dia harus dibunuh, karena dia telah menjadikan dirinya sebagai anak Alllah". Karena takut terjadi pemberontakan yang berbahaya, dan demi menyenangkan hati para pendeta Yahudi, Pilatus mengikuti permintaan jumhur, kendati dengan jelas dia menyatakan sebanyak tiga kali, "Aku tidak menemukan satu alasanpun padanya". Enam ratus tahun setelah peristiwa ini berlalu, al-Qur'an menggambarkan Yesus sebagai anak yang suci, artinya yang suci dari dosa-dosa. pertanyaan yang akan saya lemparkan kepada anda pada malam hari ini adalah, "Apakah Yesus dari Nazaret seorang pembohong atau idiot, ataukah dia - sebagaimana yang diakuinya- adalah Tuhan!?".
Semua makhluk, akal dan sejarah menyaksikan keberadaan Allah, dan agama-agama adalah hasil dari upaya keseriusan manusia untuk mengenal Allah, demikianlah yang dikatakan oleh para filosof, theolog dan kaum sejarawan.2
Akan tetapi, tunggu dulu!. Saya ingin melontarkan kepada anda pertanyaan berikut, "Apakah Allah benar-benar hilang?. Apakah kita perlu mencari-Nya?. Bukankah kita yang hilang!? dan oleh karena itu Dia datang untuk mencari kita lewat Yesus, Mesias!?".
Sekali lagi saya ingin mengarahkan perhatian anda kepada ayat 3 dan 4, pasal 4 dari Surat Kedua Kepada Jemaat di Korintus.
"Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, 4, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah". (Surat Paulus yang Kedua Kepada Jemaat di Korintus 4: 3-4)
Bible adalah kitab terbaik di atas muka bumi, terdiri dari 66 surat dan ditulis selama 1500 tahun dengan melibatkan hampir 40 orang pengarang, di antara mereka ada raja-raja dan para penggembala, ada orang-orang kaya dan para fakir miskin, ada orang-orang tua dan para pemuda, dan ada para nelayan. Akan tetapi kitab ini mengandung isi yang menunjukkan bahwa ia adalah perkataan Allah yang diilhamkan dan yang suci, karena pengarang sebenarnya adalah satu, yaitu Roh Kudus. 3 Saya akan membacakan kepada anda ayat 20 dan 21, pada pasal pertama dari Surat Petrus yang Kedua:
“Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, 21, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan okh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah". (Surat Petrus yang Kedua 1: 20-21)
Kita mengetahui bahwa Bible adalah kitab yang diilhamkan untuk mewujudkan nubuat-nubuat (berita-berita kenabian) yang tersebut di dalamnya, yaitu nubuat-nubuat yang mendahului peristiwa beberapa abad sebelumnya. Demikian pula Bible telah berperan serta dalam mendidik akhlak setiap masyarakat manusia 4 yang percaya dengannya dan mengamalkan ajaran-ajarannya. Di samping itu, keshahihan Bible juga mendapat kritikan, akan tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan kebathilannya. Sebab fakta-fakta sejarah dan manuskrip-manuskrip klasik telah membuktikan keshahihan kitab ini sebagaimana yang dibuktikan oleh penemuan-penemuan Arkeologi.
Bersambung....
Selengkapnya...
Rabu, 06 Oktober 2010
Fenomena Gelombang Panas 2010 dan Kejadian Cuaca Ekstrim Dunia Pertengahan 2010
Badai topan dan gempa bumi lebih sering menghiasi headline harian di dunia namun ternyata gelombang panas (heatwaves) baik secara langsung ataupun tidak langsung juga banyak menelan korban jiwa seperti yang terjadi beberapa pekan terakhir di benua Eropa dari Rusia hingga mencapai Portugal yang membuat suhu udara meningkat sangat drastis dan menyebabkan banyak kematian karena hipertermia, kegagalan panen, kebakaran hutan, terputusnya sambungan listrik karena penggunaan pendinginan udara yang terlalu meningkat hingga melunakkan aspal jalan raya dan mengakibatkan banyak kecelakaan lalu-lintas. Bahkan di Bryansk, Rusia, dampak dari gelombang panas ini sisa-sisa partikel radioaktif dari ledakan Chernobyl tahun 1986 yang sudah terserap kedalam tanah dikhawatirkan akan terlepas kembali ke udara dan dapat membentuk awan radioaktif yang sangat membahayakan.Tidak hanya menyerang Eropa, gelombang panas juga terjadi di Asia. Di Jepang mengakibatkan sedikitnya 66 orang tewas dan 15.000 lainnya dilarikan ke rumah sakit akibat hipertermia dan serangan otak (stroke). Sementara di Cina, suhu udara mencapai 440C dan menyebabkan puluhan mesin bus di Beijing mengalami kebocoran hingga mengeluarkan oli dan terbakar. Bahkan Timur Tengah juga tak luput dari serangan gelombang panas tahun ini, hingga majelis ulama di Uni Emirat Arab mengeluarkan fatwa menbolehkan buruh untuk tidak berpuasa jika suhu udara terlalu panas. Selengkapnya...
Selasa, 05 Oktober 2010
Dosa-dosa Membuka Aurat
Sesuai dengan fitrahnya, manusia... merasa lebih nyaman untuk menyimpan rahasia atau privasinya dari jangkauan orang lain. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dan teknologi, banyak orang yang berubah 'pikiran' menjadi lebih senang membuka rahasia agar diketahui orang lain.
Dalam Islam, wilayah privat sangat dilindungi. Dan, setiap Muslim diwajibkan untuk menjaga, menutupi, dan menyimpan jenis-jenis privasi tertentu yang biasa diistilahkan dengan aurat. Selain yang berupa privasi fisik (anggota tubuh), yakni seluruh apa berada di antara lutut dan pusar (bagi laki-laki) dan seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan (bagi perempuan), aurat juga mencakup privasi-privasi yang bersifat nonfisik. Apa yang dilakukan oleh seseorang ketika melakukan hubungan suami istri adalah termasuk di antara wilayah privat yang dilarang untuk dibuka dan disiarkan kepada orang lain. Asma' binti Yazid menceritakan bahwa pada suatu ketika ia berada di majelis Rasulullah SAW, sementara kaum laki-laki dan perempuan duduk bersama. Rasulullah bersabda, "Barangkali seorang laki-laki menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama istrinya? Barangkali seorang perempuan menceritakan hubungan intim yang dilakukannya bersama suaminya?" Para Sahabat yang berada di tempat tersebut terdiam. Akupun (Asma--Red) berkata, "Demi Allah, benar wahai Rasulullah! Sesungguhnya kaum perempuan melakukan hal itu demikian juga laki-laki!" Maka Rasulullah SAW bersabda, "Jangan lakukan, sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, lalu keduanya bersetubuh sementara orang-orang melihatnya." (HR Ahmad, hasan lighairihi).
Rahasia yang termasuk aurat dan harus ditutupi adalah aib atau perbuatan dosa yang pernah dilakukan oleh seseorang. Kewajiban menutupinya merupakan tanggung jawab bersama, baik pihak yang melakukannya maupun orang lain yang mengetahui perbuatan tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, "Seluruh umatku akan diampuni dosa-dosanya kecuali orang-orang yang terang-terangan (berbuat dosa). Di antara orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. (HR Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam
Selengkapnya...
MANTAB 34.000 Komputer di Indonesia Terinfeksi Stuxnet
Ulama Palestina Serukan Intifadhah untuk Melindungi Tempat Suci Asia
Persatuan Ulama Islam Palestina mengecam tindakan para pemukim pendatang Zionis yang membakar masjid al Anbiya di desa Beit Fujar di selatan Bethlehem. Persatuan menuduh pemerintah penjajah berpartisipasi dalam kejahatan biadab ini. Persatuan penyerukan warga Tepi Barat untuk melakukan intifadhah melawan kejahatan Zionis untuk melindungi tempat-tempat suci dari bahaya besar yang mengancamnya setiap saat.Dalam pernyataannya, Senin (4/10), Persatuan Ulama Islam Palestina mengatakan, “Penyerangan terhadap masjid-masjid dan pembakaran isinya merupakan permusuhan kepada Allah. Siapa yang melakukan kejahatan ini tidak memiliki hubungan dengan agama, etika atau moral.” Persatuan menyatakan bahwa pemeritah Zionis lah yang telah memberikan lampu hijau kepada para pemukim Zionis untuk melaksanakan serangan terhadap tempat-tempat suci di Palestina. Menurutnya diam terhadap tindak kejahatan ini tidak mungkin mendatangkan solusi dan perundingan, atau mendatangkan kemudiaan atau harga diri atau sebuah negara Palestina.
Ulama Palestina menyatakan, ”Para pemukim pendatang Zionis terus melanjutkan permusuhannya secara brutal terhadap tempat-tempat suci, tanpa ada sikap jelas dari otoritas Abbas. Ini artinya otoritas Abbas ikut serta dalam kejahatan Yahudi tersebut.”
Sebelumnya sekelompok pemukim pendatang Zionis, Senin (4/10) pagi membakar masjid al Anbiya di desa Beit Fujar di selatan kotaBethlehem, Tepi Barat. Saat ini mereka sedang berusaha membakar masjid lain di kota tersebut.
Diposting dari : http://www.dakwatuna.com
Selengkapnya...
KENAPA TAHSIN, TILAWAH, TAHFIZH?
Al Qur'anul Karim adalah undang-undang hukum Islam untuk semua manusia. Ia merupakan mata air yang memancarkan kebaikan dan hikmah bagi hati orang-orang yang beriman. Ia juga merupakan jalan utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan selalu membacanya.Tahsin: Belajar membaca Al Qur'an sesuai dengan tajwidnya disertai dengan usaha untuk melagukan.
Tilawah: Membaca Al Qur'an, semakin sering dan banyak semakin baik.
Tahfidz: Menghafal Al Qur'an tahap demi tahap.
Dalam Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW:
"Orang yang mahir membaca Al Qur'an maka kedudukannya sejajar dengan para malaikat yang mulia dan baik. Adapun orang yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata dan merasa berat maka ia mendapat dua pahala."
HR Hakim dari Abdullah bin Mas'ud ra Nabi SAW bersabda:
"Al Qur'an ini adalah jamuan Allah maka terimalah jamuan itu semampu kamu. Al Qur'an ini tali Allah, cahaya penjelas, obat yang bermanfaat yang menjaga bagi siapa yang berpegang teguh dengannya, keselamatan bagi yang mengikutinya, tidak akan tergelincir karena akan diluruskan, tidak akan bengkok sehingga ditegakkan, tidak akan pernah habis keajaiban-keajaibannya, dan Dia tidak membuat banyak penolakan/bantahan. Maka, bacalah ia karena Allah akan memberi pahala kepadamu lantaran membacanya. Setiap huruf sepuluh pahala. Adapun saya tidak mengatakan kepadamu alif lam mim satu huruf, melainkan alif, lam, dan min (tiga huruf)."
HR Ibnu Hibban dalam suatu hadits panjang:
"Bacalah Al Qur'an karena sesungguhnya dia adalah cahaya bagimu di bumi dan simpanan bagimu di langit."
HR Ahmad dalam Dha'iful Jami'ush Shaghiir Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang mendengarkan ayat dalam Kitabullah maka dicatat baginya kebaikan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa yang membacanya maka ia akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat."
Beberapa etika yang berhubungan dengan Al Qur'an (pesan Tuhan sekalian alam yang gagah bijaksana) adalah berusaha keras dengan penuh kesungguhan untuk mentadabburi (menghayati) dan bertafakkur (merenungi) isinya.
Dalam Al Qur'an Surat Shaad 29:
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."
HR Ibnu Majah dalam Dha'iful Jami' dari Said bin Abi Waqash ra Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Al Qur'an turun dengan kesedihan maka bila kamu membacanya hendaknya sambil menangis. Jika engkau tidak bias menangis maka berusahalah untuk menangis dan melagukan (menyenandungkan). Barangsiapa yang tidak melagukan bacaan Al Qur'an ia tidak termasuk golongan kami."
HR Ibnu Majah Rasulullah bersabda kepada Abu Dzar:
"Wahai Abu Dzar, engkau pada pagi hari pergi dan mengajarkan satu ayat kitabullah lebih baik bagimu daripada kamu shalat seratus rakaat."
Sebagai tambahan, Associative Network Theory says:
"All of the knowledge that you have is stored in memory and is connected by links. The links are made on the basis of some meaningful association between two pieces of information. When information is accessed from memory it is the links that guide retrieval."
How it works:
1. The path of retrieval (activation) follows the strongest link.
2. The links are strengthened every time they are activated.
3. The more links to a piece of information, the greater the chance it will be retrieved.
Jadi kesimpulannya, dengan Tahsin, Tilawah dan Tahfidz kita akan menguatkan keimanan kita dan menambah pengetahuan keislaman kita sehingga diharapkan apa yang kita baca, renungi dan amalkan dari Al Qur'an akan memudahkan kita dalam berislam (bertingkah laku sehari-hari) dan menguatkan ingatan kita akan pesan Allah SWT, semoga dapat dengan secara tidak disengaja menyampaikan ayat (walaupun hanya satu) kepada orang lain yang Allah janjikan ganjaran yang besar di hari Akhir nanti. Insya Allah tidak sulit untuk melakukannya jika kita memang berusaha dengan baik dan menyediakan waktu yang baik pula.
Diambil dari buku Al Ma'tsurat, Doa dan Zikir Rasulullah SAW (Imam Hasan Al Banna), Gema Insani Press, 1999
Diposting dari http://www.alhikmah-online.com/index.php/materi-utama/artikel/115-kenapa-tahsin-tilawah-tahfizh
Selengkapnya...
Kisah Ahli Syurga
Imam Ahmad meriwayatkan dari Muhammad bin Qais bin Ubadah, dia berkata, "Aku sedang berada di masjid. Tiba-tiba datanglah seorang yang di wajahnya ada tanda kekusyukan. Dia shalat dua rakaat secara singkat. Orang-orang berkata, 'Orang ini ahli surga.'
Setelah dia keluar, maka saya mengikutinya sampai di rumahnya, lalu aku ikut masuk kerumahnya. Kami bercakap-cakap, dan setelah akrab aku bertanya, 'Ketika engkau masuk mesjid, orang-orang mengatakan bahwa engkau ahli surga.' Dia menanggapi, 'Mahasuci Allah. Tidak selayaknya seseorang mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya.Saya akan bercerita kepadamu mengapa saya demikian. Sesungguhnya aku bermimpi seolah-olah aku berada di taman nan hijau.'" Ibnu Aun berkata: "Orang itu menceritakan kehijauan dan keluasan taman.'Di tengah-tengah taman ada tiang besi. Bagian bawahnya menancap ke bumi dan bagian atasnya menjulang ke langit. Pada bagian tengahnya ada tali.
Tiba-tiba dikatakan kepadaku, 'Naiklah!'
Maka aku menjawab, 'Aku tidak bisa.'
Kemudian datanglah pelayan.'
" Ibnu Aun berkata, "Pelayan itu seorang pemuda. Pelayan menyingsingkan bajuku dari belakang seraya berkata, 'Naiklah!' Maka akupun naik hingga berhasil memegang tali.
Dia berkata, 'Peganglah tali itu.' Maka aku terbangun dan tali itu benar-benar ada ditanganku.
Kemudian aku menemui Rasulullah saw. dan menceritakan kejadian itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, 'Taman itu melambangkan taman Islam, tiang itu melambangkan tiang Islam, dan tali itu adalah tali yang kokoh. Kamu akan senantiasa memeluk Islam hingga mati.'"
Hadist ini dikemukakan dalam shahihain. Orang itu adalah Abdullah bin Salam r.a.
Selengkapnya...
AL-QAMAH DIBAKAR RASUL
Dengan tergopoh-gopoh, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu. Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa iba di hati. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma. Sahabat Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun. Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah. "Sudah kau coba menalqin di telinganya?" tanya Nabi."Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat," jawabnya." Biarlah aku sendiri datang ke sana", kata Nabi.Begitu melihat keadaan Al-Qamah tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah :"Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi.
"Masih ya Rasulullah," tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya."
Di mana dia sekarang?"
"Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini."
Tanpa banyak bicara , Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah. "Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah. "Tetapi dia sedang dalan keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu ?" tanya Nabi.
"Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat.
"Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi.
"Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu.
"Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah.
"Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu. Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata : "Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi.
"Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal keheranan."Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah. Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap, "Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya. Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Memang, surga adalah di bawah telapak kaki ibunda.
Selengkapnya...
Senin, 04 Oktober 2010
Membangun Pribadi Pantang Menyerah
Selasa, 05 Oktober 2010 13:39:25 - oleh : admint
Dosen STID DI AL-HIKMAH Jakarta
Allah telah menciptakan alam dan isinya berpasang-pasangan, sehingga melahirkan hukum tarik menarik antara satu dengan yang lainnya. Artinya kondisi alam ini akan selalu dinamis sesuai dengan kehendak-Nya. Begitu juga halnya dengan kehidupan manusia, akan mengalami rotasi (perputaran) antara dibawah-di atas; sukses-tidak sukses; bahagia-susah, dll. Begitu juga dengan iman kita. Iman bisa datang dan pergi, naik dan turun.
Ibnu Mas'ud mengatakan, "Sesungguhnya jiwa manusia itu mempunyai saat dimana ia ingin beribadah dan ada saat dimana enggan beribadah." Diantara dua keadaan itulah manusia menjalani kehidupan ini. Dan diantara dua keadaan itu pula nasib manusia ditentukan. Dalam arti lain, semakin seseorang berada dalam iman yang rendah, maka besar kemungkinan dalam kondisi ini akan mengakhiri hidupnya. Demikian sebaliknya, jika seseorang semakin sering berada pada kondisi iman yang tinggi, maka semakin besar peluangnya memperoleh akhir kehidupan yang baik. Pertanyaannya, bagaimana cara mewujudkan kondisi pribadi yang berujung kebaikan, pribadi yang pantang menyerah tersebut?
Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Ia yakin betul bahwa sekenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun. Pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, tidak lain adalah pribadi yang memiliki kemampuan untuk bersyukur apabila ia mendapat sesuatu yang berkaitan dengan kebahagiaan, kesuksesan, mendapat rezeki, dll. Sebaliknya, jika ia mendapati sesuatu yang tidak diharapkannya, entah itu berupa kesedihan, kegagalan, mendapat bala bencana, dll., maka ia memiliki ketahanan untuk selalu bersabar. Dan pribadi seperti ini memposisikan setiap kejadian yang menimpanya adalah atas ijin dan kehendak Allah. Ia pasrah dan selalu berusaha untuk bangkit dengan cara mengambil pelajaran dari setiap kejadian tersebut.
Pribadi pantang menyerah ini bukan saja semata-mata dilihat secara fisik. Tetapi lebih-lebih dan yang lebih penting justru adanya sifat positif dalam jiwanya yang begitu tangguh dan kuat. Seseorang menjadi kuat, pada dasarnya karena mentalnya kuat. Seseorang menjadi lemah, karena mentalnya lemah. Begitu juga, seseorang sukses, karena ia memiliki keinginan untuk sukses. Dan seseorang gagal, karena ia berbuat gagal. Dalam hal ini, ada hadist Nabi yang menyebutkan bahwa: "Orang mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik dari mukmin yang lemah." Jadi, manusia tangguh dan kuat itu, sudah seharusnya menjadi cita-cita kita dalam rangka mengabdi kepada Allah.
Dalam konteks ini, dapat disebutkan bahwa kesuksesan menurut pandangan Alquran itu memiliki dua syarat pokok. Yakni iman dan ilmu (QS. 58: 11). Kedua hal ini, kalau kita kaji secara rinci, jelas-jelas memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman tersebut, yaitu berupa: kekuatan berpikir (quwatul idraak), kekuatan fisik (quwatul jismi), dan kekuatan ruh (quwatur ruuh). Sedangkan menurut M. Yunan Nasution (1976), mengungkapkan pengaruh iman terhadap kehidupan manusia itu berupa: iman akan melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda; menanamkan semangat berani menghadapi maut; membentuk ketentraman jiwa; dan membentuk kehidupan yang baik.
Untuk mencapai dampak dari kekuatan iman itu, kuncinya terletak pada pribadi kita masing-masing. Dan kalau kita cermati, sebenarnya pembentukan sifat pribadi pantang menyerah dan tangguh ini adalah berawal dari sifat optimisme yang menyelimuti pola pikir orang tersebut. Menyikapi keadaan seperti saat ini, kita seharusnya tidak menjadi pesimis dan berserah diri. Kita harus optimis dan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dalam hidup ini. Sehingga untuk menjadikan pribadi pantang menyerah dan tangguh ini, maka dalam diri kita harus tertanam sikap optimis, berpikir positif, dan percaya diri.
Setiap manusia harus memiliki optimisme dalam menjalani kehidupan ini. Dengan sikap optimis, langkah kita akan tegar menghadapi setiap cobaan dan menatap masa depan penuh dengan keyakinan terhadap Sang Pencipta. Karena garis kehidupan setiap manusia sudah ditentukan-Nya. Tugas kita adalah hanya berusaha, berpikir dan berdoa agar sesuai dengan ridho-Nya. Setelah kita mampu bersikap optimis, lalu pola pikir kita juga harus dibiasakan berpikir secara positif dan percaya diri. Berpikir positif kepada siapa?
Pertama, berpikir positif kepada Allah. Setiap kejadian, peristiwa dan fenomena kehidupan ini pasti ada sebab musababnya. Tugas kita, hanya berpikir dan membaca. Ada apa dibalik semua itu? Lalu, kita mengambil pelajaran dari kejadian itu dan selanjutnya mengamalkan yang baiknya dalam perilaku keseharian.
Kedua, berpikir positif terhadap diri sendiri. Setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena bagaimanapun wajah dan sifat kita mirip dengan orang lain. Tapi, yang jelas ada saja perbedaan antara keduanya. Sifat dan pribadi unik itu, harus kita jaga. Itu adalah potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita menuju ridho-Nya. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau diri kita sendiri meremehkan dan tidak "mengangkatnya". Selain itu, kita juga harus yakin bahwa kita dilahirkan ke dunia ini sebagai sang juara, the best. Fakta membuktikan, dari berjuta-juta sel sperma yang disemprotkan Bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus dinding telur Ibu kita dan dibuahi, hanya satu. Itulah kita, "sang juara". Hal ini, kalau kita sadari akan menjadi sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani hidup ini.
Ketiga, berpikir positif pada orang lain. Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan dan kekhilafan. Yang tentu hati nuraninya tidak menghendakinya. Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja dan menerima sisi negatifnya sebagai pelajaran bagi kita. Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi dan menjatuhkannya. Lalu jatuh, diangkat lagi dan seterusnya sampai ia bisa terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidak mendendam. Ia kalau waktunya bermain "cakar-cakaran". Tapi, kalau diluar itu ia akur, damai kembali.
Keempat, berpikir positif pada waktu. Setiap manusia diberi waktu yang sama, dimana pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau 86.400 detik sehari. Waktu itu, ingin kita apakan? Kita gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, mengeluh, berdemontrasi, bergunjing, santai, menuntut ilmu, menolong orang lain, melamun, ibadah, dan lainnya. Waktu itu tidak akan protes. Yang jelas, setiap detik hidup kita akan diminta pertanggung jawabannya kelak, di hadapan Allah SWT. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amal-amalan saleh dan berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Allah berfirman, yang artinya:
"Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik dan Kami balasi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97).
Untuk memaksimalkan sikap positif pada diri seseorang, lebih-lebih sebagai pembentuk pribadi yang pantang menyerah, tangguh, "tahan banting", sabar dan istiqomah pada jalan-Nya. Tentu perlu dibangun pula dengan kebiasaan positif. Semoga tulisan ini menjadi bahan penilaian terhadap diri kita sendiri, terutama kaitannya dengan keinginan pembentukan pribadi yang pantang menyerah. Dan kita berdoa, semoga Allah memberi kemampuan terhadap kita untuk membangun pribadi yang tangguh dan pantang menyerah sesuai tuntutan-Nya. Amin.
Wallahu a'lam.
Wasiat Asy-Syahid Abdullah Azzam
Minggu, 03 Oktober 2010
Harta yang abadi
Harta Abadi
Bintang-bintang terlepas dari porosnya, lautan dipanaskan lalu diluapkan dan menelan semua daratan, matahari dipadamkan sehingga tak ada kehidupan lagi di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa harta yang selama ini manusia perjuangkan akan berakhir. Alam akhirat telah Allah SWT persiapkan bukan untuk sementara, melainkan untuk selama-lamanya. Tidak ada kematian lagi setelah itu.
Siapa yang selama di dunia mempersiapkan diri untuk menjadi penghuni surga dengan menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, ia akan bahagia selamanya. Sebaliknya, siapa yang mempersiapkan diri untuk menjadi bahan bakar neraka dengan mengingkari ajaran Allah SWT dan Rasul-Nya, ia akan menderita selamanya.
Dalam Alquran, Allah SWT selalu menceritakan orang-orang yang kelak pasti akan menyesal karena selama di dunia, lalai. Mereka tidak pernah percaya bahwa kelak akan dihisab semua amal dan kekayaan mereka. Akibatnya, mereka terlena dengan kemewahan, bahkan menjadi kikir dan rakus.
Mereka tak mau beramal untuk akhirat. Kekayaan ditumpuk hanya untuk kepentingan dunia. Mereka kelak akan berkata seperti yang Allah SWT rekam dalam surat Alhaqqah [69]: 27-28. "Telah hilang kekuasaanku dariku. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku."
"Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. Dan orang kafir berkata, 'Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah'." (Annaba' [78]: 40).
Sebelum menyesal, masih ada kesempatan untuk membuat harta kita menjadi abadi. Caranya: transferlah harta anda ke akhirat. Salurkan kekayaan melalui lembaga-lembaga sosial yang membantu fakir miskin dan anak yatim. Lebih dari itu, wakafkan harta untuk pelayanan sosial, seperti masjid, sekolah pendidikan agama, dan rumah sakit.
Jumat, 01 Oktober 2010
Harta yang berkah
Bukan hanya doanya yang ditolak, sedekahnya pun Allah tolak. Ibn Hibban meriwayatkan Rasulullah bersabda: "Orang yang mendapatkan hartanya dengan cara haram, lalu ia bersedekah dengannya, ia tidak akan mendapat pahala dan dosanya tetap harus ia tanggung". Imam Adz Dzahaby menambahkan dalam riwayat lain: "Bahwa harta tersebut kelak akan dikumpulkan lalu dilemparkan ke dalam neraka Jahannam". Maka tidak ada jalan lain untuk meraih keberkahan kecuali hanya dengan merebut harta halal sekalipun sedikit dan nampak tidak berarti.
Ciri utama harta yang berkah adalah jika ia selalu membuat pemiliknya semakin dekat kepada Allah SWT:
a. Menambah ketakwaan
Katakanlah:"Tidak sama yang buruk (harta yang haram) dengan yang baik (harta halal), meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan" (QS.5:100).
Perhatikan dalam ayat ini, setelah Allah menegaskan pentingnya kwalitas harta halal, Ia lalu memrintahkan, untuuk bertakwa, suatu indikasi bahwa tidak mungkin harta haram akan membantu mencapai ketakwaan.
b. Memberikan rasa aman
dalam surat Ibrahim: 24-26, Allah mengumpamakan setiap kebaikan (kalimatun tayyibah) termasuk di dalamnya harta halal dengan sebuah pohon yang kokoh, akarnya menghunjma ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, memberikan buahnya setiap saat. Sebaliknya setiap keburukan (kalimatun khabitsah) termasuk harta haram, akan menjadi seperti pohon yang goyah, akarnya hanya melingkar dipermukaan bumi, tidak berbuah serta tidak memberikan rasa aman bagi siapa saja yang berteduh dibawahnya.
c. Mengantarkan kapada amal shaleh
Hai para rasul, makanlah yang baik-baik (halal), dan kerjakanlah amal yang saleh (QS, 23:51). Perhatikan hubungan harta halal dengan amal saleh.
d. Mendorong untuk bersyukur
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah. Di sini tergambar bahwa hanya harta halal yang bisa membuat seorang hamba padai bersyukur.
Selengkapnya...
Menikah Siapa Takut part 2
Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, "Bila seorang
menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa." (HR. Baihaqi, hadits Hasan)
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah
menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi) . Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah. Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa
terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.
Pernikahan dan Penghasilan
Seringkali saya mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai
cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku
Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang
menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi'un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan
Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, "Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup." Al-Qurthubi berkata, "Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan." (lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami'
liahkamil Qur'an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, "Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi." (HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di
antaranya: "Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan." (HR. Turmudzi dan Nasa'i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, "Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat." (lihat Siyar A'lamun Nubala' oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada
Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis
nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya
ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.
Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.
Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba'dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu -untuk mencari ilmu-, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan
fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.
Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah
kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang
harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.
Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah
juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.
Kesimpulan
Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian "pernikahan sebagai beban" ke "pernikahan sebagai ibadah". Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba "jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah". Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk
mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan.
Ust. Prof.DR.Amir Faishol,MA
Wallahu a'lam bishshawab.
Selengkapnya...